WONOASIH – Sehari usai meninggalnya Idris Sugianto, 58 tahun, penarik gerobak sampah yang jenazahnya ditemukan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Rabu (23/6) pagi, Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin takziah ke rumah duka di Jalan Mastrip Gang Masjid, Kelurahan Wonoasih, Kecamatan Wonoasih.
WONOASIH – Sehari usai meninggalnya Idris Sugianto, 58 tahun, penarik gerobak sampah yang jenazahnya ditemukan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Rabu (23/6) pagi, Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin takziah ke rumah duka di Jalan Mastrip Gang Masjid, Kelurahan Wonoasih, Kecamatan Wonoasih.
Ditemui oleh salah satu anak almarhum, Handika, Walikota
Probolinggo menanyakan kondisi keluarga dan penyebab sang ayah meninggal
dunia. Sugianto-panggilan almarhum punya tiga orang anak, satu orang
bekerja di Merauke, Handika yang masih sekolah di SMK Negeri 1 dan
adiknya, duduk di kelas 5 SD sedang berada di Lumajang. Sedangkan istri
Sugianto sudah meninggal 1,5 tahun lalu.
Walikota Probolinggo menyampaikan bahwa para tetangga masih
melihat Sugianto berangkat bekerja pada hari selasa, tanggal 22 Juni
2021. Beliau Sempat dilarang karena sempat sakit beberapa hari terakhir,
Sugianto tetap saja berangkat menjalankan tugasnya berkeliling ke
perumahan mengangkut sampah. “Jasa almarhum yang begitu peduli pada
lingkungan, sangat luar biasa,”.
“Pagi itu masih beli tahu ke istri saya. Tiba-tiba ada temannya
datang dan bilang Pak Sugianto pingsan di TPS. Kami ke lokasi dan sampai
disana sudah tidak ada (meninggal),” imbuh Abdul Rohman.
Menurut Ketua RT, selain sudah punya kartu BPJS, Sugianto
mendapat PKH (Program Keluarga Harapan). Tetapi, sejak istrinya
meninggal, bantuan beras yang biasanya diterima 15 kg per bulan sudah
tidak ada lagi.
“Segera dikomunikasikan dengan Dinas Sosial, apa kendalanya,
segera beritahu saya,” perintah Wali Kota Habib Hadi kepada Lurah
Wonoasih dan Camat Wonoasih Deus Nawandi, yang ikut mendampinginya
bersama Kepala DLH Rachmadeta Antariksa.
Selama ini Sugianto tinggal
di rumah yang berdiri di atas tanah milik tetangganya, Mustain. “Karena
tidak berdiri di tanahnya sendiri, maka pemerintah tidak bisa membantu
lewat RTLH. Sulitnya memang begitu ada persyaratan yang harus dipenuhi.
Alhamdulillah disini kompak dan rukun ya,” ujar Walikota Probolinggo.
Untuk sekolah Handika, Mustain menyampaikan, akan digratiskan. “Ada perwakilan sekolah yang datang, bilang kalau tidak perlu bayar sampai lulus,” terang pemilik tanah tempat yang ditinggali Handika dan bapaknya.